Website - http://www.hariandiy.com. Saatnya belajar jujur sebagai tujuan utama. Electronic paper untuk Daerah Istimewa Yogyakarta. Turut Berpartisipasi Peduli Kepada Bumi Dan Mempercantik Indahnya Dunia. Hamemayu Hayuning Bawana.Menjaga hubungan baik dengan manusia, sesama makhluk, alam semesta dan dengan Yang Maha Kuasa (HB I ). Rahayuning Bawono Kapurbo Waskitaning Manungso, yang berarti kelestarian dunia itu berawal dari kewaspadaan manusia.
Rabu, 29 April 2009
=Roomate - Ahmad Ghozaly - The Feeling of Skin
Mas Ahmad sedang berbincang -bindang dengan Bung Amir.
Para Undangan yang sedang mengamati dan menikmati karya Mas Ahmad Ghozaly yang selalu menarik dan selalu memberi inspirasi bagi seniman - seniman muda yang lain.
-o0o-
Roomate
Ahmad Ghozaly
The Feeling of Skin
24 April 2009 - 05 Mei 2009
Roomate
Visual Art Curatorial Lab
Jl. Suryodiningratan 37 B Yogyakarta.
Para Undangan yang sedang mengamati dan menikmati karya Mas Ahmad Ghozaly yang selalu menarik dan selalu memberi inspirasi bagi seniman - seniman muda yang lain.
-o0o-
Roomate
Ahmad Ghozaly
The Feeling of Skin
24 April 2009 - 05 Mei 2009
Roomate
Visual Art Curatorial Lab
Jl. Suryodiningratan 37 B Yogyakarta.
=Cemeti Art House - LandingSoon# 10
Jumat, 17 April 2009
=Lestarikan Budaya Indonesia
Lestarikan Budaya Indonesia!
Ditulis pada September 22, 2008 oleh sitemanager08
Kisah sedih dialami Desak Suarti, seorang pengerajin perak dari Gianyar, Bali. Pada mulanya, Desak menjual karyanya kepada seorang konsumen di luar negeri. Orang ini kemudian mematenkan desain tersebut. Beberapa waktu kemudian, Desak hendak mengekspor kembali karyanya. Tiba-tiba, ia dituduh melanggar Trade Related Intellectual Property Rights (TRIPs). Wanita inipun harus berurusan dengan WTO.
“Susah sekarang, kami semuanya khawatir, jangan-jangan nanti beberapa motif asli Bali seperti `patra punggal’, `batun poh’, dan beberapa motif lainnya juga dipatenkan” kata Desak Suarti dalam sebuah wawancara.
Kisah sedih Desak Suarti ternyata tidak berhenti sampai di sana. Ratusan pengrajin, seniman, serta desainer di Bali kini resah menyusul dipatenkannya beberapa motif desain asli Bali oleh warga negara asing. Tindakan warga asing yang mempatenkan desain warisan leluhur orang Bali ini membuat seniman, pengrajin, serta desainer takut untuk berkarya.
Salah satu desainer yang ikut merasa resah adalah Anak Agung Anom Pujastawa. Semenjak dipatenkannya beberapa motif desain asli Bali oleh warga asing, Agung kini merasa tak bebas berkarya. “Sebelumnya, dalam satu bulan saya bisa menghasilkan 30 karya desain perhiasan perak. Karena dihinggapi rasa cemas, sekarang saya tidak bisa menghasilkan satu desain pun,” ujarnya hari ini.
Potret di atas adalah salah satu gambaran permasalahan perlindungan budaya di tanah air. Cerita ini menambah daftar budaya indonesia yang dicuri, diklaim atau dipatenkan oleh negara lain, seperti Batik
Adidas, Sambal Balido, Tempe, Lakon Ilagaligo, Ukiran Jepara, Kopi Toraja, Kopi Aceh, Reog Ponorogo, Lagu Rasa Sayang Sayange, dan lain sebagainya.
LANGKAH KE DEPAN
Indonesia harus bangkit dan melakukan sesuatu. Hal inilah yang melatarbelakangi berdirinya Indonesian Archipelago Culture Initiatives (IACI), informasi lebih jauh dapat dilihat di http://budaya-indonesia.org/ . Untuk dapat mencegah agar kejadian di atas tidak terus berlanjut, kita harus melakukan sesuatu. Setidaknya ada 2 hal perlu kita secara sinergis, yaitu:
1. Mendukung upaya perlindungan budaya Indonesia secara hukum. Kepada rekan-rekan sebangsa dan setanah air yang memiliki kepedulian (baik bantuian ide, tenaga maupun donasi) di bagian ini, harap menggubungi IACI di email: office@budaya-indonesia.org
2. Mendukung proses pendataan kekayaan budaya Indonesia. Perlindungan hukum tanpa data yang baik tidak akan bekerja secara optimal. Jadi, jika temen-temen memiliki koleksi gambar, lagu atau video tentang budaya Indonesia, mohon upload ke situs PERPUSTAKAAN DIGITAL BUDAYA INDONESIA, dengan alamat http://budaya-indonesia.org/ Jika Anda memiliki kesulitan untuk mengupload data, silahkan menggubungi IACI di email: office@budaya-indonesia.org
- Lucky Setiawan
nb: Mohon bantuanya untuk menyebarkan pesan ini ke email ke teman, mailing-list, situs, atau blog, yang Anda miliki. Mari kita dukung upaya pelestarian budaya Indonesia secara online
Ditulis pada September 22, 2008 oleh sitemanager08
Kisah sedih dialami Desak Suarti, seorang pengerajin perak dari Gianyar, Bali. Pada mulanya, Desak menjual karyanya kepada seorang konsumen di luar negeri. Orang ini kemudian mematenkan desain tersebut. Beberapa waktu kemudian, Desak hendak mengekspor kembali karyanya. Tiba-tiba, ia dituduh melanggar Trade Related Intellectual Property Rights (TRIPs). Wanita inipun harus berurusan dengan WTO.
“Susah sekarang, kami semuanya khawatir, jangan-jangan nanti beberapa motif asli Bali seperti `patra punggal’, `batun poh’, dan beberapa motif lainnya juga dipatenkan” kata Desak Suarti dalam sebuah wawancara.
Kisah sedih Desak Suarti ternyata tidak berhenti sampai di sana. Ratusan pengrajin, seniman, serta desainer di Bali kini resah menyusul dipatenkannya beberapa motif desain asli Bali oleh warga negara asing. Tindakan warga asing yang mempatenkan desain warisan leluhur orang Bali ini membuat seniman, pengrajin, serta desainer takut untuk berkarya.
Salah satu desainer yang ikut merasa resah adalah Anak Agung Anom Pujastawa. Semenjak dipatenkannya beberapa motif desain asli Bali oleh warga asing, Agung kini merasa tak bebas berkarya. “Sebelumnya, dalam satu bulan saya bisa menghasilkan 30 karya desain perhiasan perak. Karena dihinggapi rasa cemas, sekarang saya tidak bisa menghasilkan satu desain pun,” ujarnya hari ini.
Potret di atas adalah salah satu gambaran permasalahan perlindungan budaya di tanah air. Cerita ini menambah daftar budaya indonesia yang dicuri, diklaim atau dipatenkan oleh negara lain, seperti Batik
Adidas, Sambal Balido, Tempe, Lakon Ilagaligo, Ukiran Jepara, Kopi Toraja, Kopi Aceh, Reog Ponorogo, Lagu Rasa Sayang Sayange, dan lain sebagainya.
LANGKAH KE DEPAN
Indonesia harus bangkit dan melakukan sesuatu. Hal inilah yang melatarbelakangi berdirinya Indonesian Archipelago Culture Initiatives (IACI), informasi lebih jauh dapat dilihat di http://budaya-indonesia.org/ . Untuk dapat mencegah agar kejadian di atas tidak terus berlanjut, kita harus melakukan sesuatu. Setidaknya ada 2 hal perlu kita secara sinergis, yaitu:
1. Mendukung upaya perlindungan budaya Indonesia secara hukum. Kepada rekan-rekan sebangsa dan setanah air yang memiliki kepedulian (baik bantuian ide, tenaga maupun donasi) di bagian ini, harap menggubungi IACI di email: office@budaya-indonesia.org
2. Mendukung proses pendataan kekayaan budaya Indonesia. Perlindungan hukum tanpa data yang baik tidak akan bekerja secara optimal. Jadi, jika temen-temen memiliki koleksi gambar, lagu atau video tentang budaya Indonesia, mohon upload ke situs PERPUSTAKAAN DIGITAL BUDAYA INDONESIA, dengan alamat http://budaya-indonesia.org/ Jika Anda memiliki kesulitan untuk mengupload data, silahkan menggubungi IACI di email: office@budaya-indonesia.org
- Lucky Setiawan
nb: Mohon bantuanya untuk menyebarkan pesan ini ke email ke teman, mailing-list, situs, atau blog, yang Anda miliki. Mari kita dukung upaya pelestarian budaya Indonesia secara online
Minggu, 12 April 2009
=Jogja Gallery - 70 Tahun OHD "Kisah di Balik Koleksi"
Sabtu, 11 April 2009
=Vannisa dan Arif dibebaskan dari Biaya Masuk UGM Yogya
Vannisa Amalia, siswi SMAN 3 Dibebaskan dari Biaya Masuk UGM
To members of PADMANABA
Informan : Sulastama Raharja.
Berbekal Juara Kelas dan Berasal dari Keluarga Kurang Mampu, Vannisa dan Arif Dibebaskan dari Biaya Masuk UGM
Yogya, KU
Senyum sumringah terpancar dari wajah Vannisa Amalia Luthfitria Putri (16). Betapa tidak, siswi kelas tiga SMAN 3 Yogyakarta ini diterima menjadi mahasiswi UGM melalui Program Penelusuran Bibit Unggul Tidak Mampu (PBUTM). Lewat program ini pula, Vannisa dibebaskan dari kewajiban membayar biaya kuliah selama 8 semester.
Vannisa adalah salah satu siswa yang diterima di UGM lewat jalur tersebut. Ia sendiri tidak menyangka dapat lolos seleksi. Ucapan syukur pun keluar dari bibirnya saat ditanya perasaannya setelah diumumkan diterima di Jurusan Teknik Industri.
“Alhamdulillah, senang sekali, nggak nyangka bisa keterima. Di SMA biaya sekolah uangnya lewat beasiswa, sekarang kuliah malah bisa bebas biaya kuliah,” kata bungsu dari dua bersaudara ini.
Vannisa yang menetap di Samirono, Caturtunggal, Sleman, berasal dari keluarga tidak mampu. Sehari-hari, nafkah keluarga bergantung pada gaji ibunya yang baru dua tahun menjadi guru honorer taman kanak-kanak. Sementara itu, sang ayah baru merintis usaha warung kecil-kecilan.
Meskipun berasal dari keluarga yang tergolong tidak mampu, tidak mengendorkan semangatnya untuk bersekolah. Ia pun selalu berprestasi di kelasnya. Berkat prestasi akademik ini pula, Vanissa tidak memberatkan orang tuanya dalam hal pembayaran biaya sekolah karena selama tiga tahun selalu mendapat beasiswa.“Alhamdulillah, dari kelas satu hingga kelas tiga, saya selalu mendapat juara I atau juara II,” katanya bangga.
Melihat prestasi cemerlang dan latar kondisi ekonomi keluarga Vannisa, salah seorang guru Bimbingan Konseling di sekolahnya, Bapak Untung, menyarankannya mendaftarkan diri untuk ikut jalur PBUTM.
“Saya didaftarkan Pak Untung, nggak tahuya keterima,” ujar Vannisa yang mengaku rata-rata penghasilan orang tuanya kurang dari 500 ribu rupiah per bulan.
Sama halnya dengan Muhammad Arif Sujatmiko (18), siswa MAN Wonokromo, Bantul, yang juga diterima di UGM lewat jalur PBUTM. Arif diterima di Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fisipol. Pria asal Ngemplak, Karanganom, Bantul, ini mengaku penghasilan ayahnya sebagai kuli bangunan tidak lebih dari 600 ribu rupiah per bulan. Didukung prestasi akademiknya di sekolah, Arif pun diterima untuk kuliah di UGM dan sekaligus dibebaskan dari biaya kuliah.
“Selama kuliah, saya akan tetap belajar biar selalu berprestasi,” kata anak bungsu dari tiga bersudara ini.
Dalam kesempatan terpisah, Direktur Kemahasiswaan UGM, Drs. Haryanto, M.Si., menjelaskan pembebasan biaya kuliah untuk mahasiswa jalur PBUTM diambil dari dana beasiswa yang diperoleh dari 50 penyandang dana. Jumlah dana berkisar antara 15-17 milyar rupiah per tahun.
“UGM menyediakan beasiswa 15 hingga 17 milyar per tahun yang diberikan kepada 7-8 ribu mahasiswa,” tutur Haryanto. (Humas UGM/Gusti Grehenson)
-o0o-
Sumber
http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=1921
To members of PADMANABA
Informan : Sulastama Raharja.
Berbekal Juara Kelas dan Berasal dari Keluarga Kurang Mampu, Vannisa dan Arif Dibebaskan dari Biaya Masuk UGM
Yogya, KU
Senyum sumringah terpancar dari wajah Vannisa Amalia Luthfitria Putri (16). Betapa tidak, siswi kelas tiga SMAN 3 Yogyakarta ini diterima menjadi mahasiswi UGM melalui Program Penelusuran Bibit Unggul Tidak Mampu (PBUTM). Lewat program ini pula, Vannisa dibebaskan dari kewajiban membayar biaya kuliah selama 8 semester.
Vannisa adalah salah satu siswa yang diterima di UGM lewat jalur tersebut. Ia sendiri tidak menyangka dapat lolos seleksi. Ucapan syukur pun keluar dari bibirnya saat ditanya perasaannya setelah diumumkan diterima di Jurusan Teknik Industri.
“Alhamdulillah, senang sekali, nggak nyangka bisa keterima. Di SMA biaya sekolah uangnya lewat beasiswa, sekarang kuliah malah bisa bebas biaya kuliah,” kata bungsu dari dua bersaudara ini.
Vannisa yang menetap di Samirono, Caturtunggal, Sleman, berasal dari keluarga tidak mampu. Sehari-hari, nafkah keluarga bergantung pada gaji ibunya yang baru dua tahun menjadi guru honorer taman kanak-kanak. Sementara itu, sang ayah baru merintis usaha warung kecil-kecilan.
Meskipun berasal dari keluarga yang tergolong tidak mampu, tidak mengendorkan semangatnya untuk bersekolah. Ia pun selalu berprestasi di kelasnya. Berkat prestasi akademik ini pula, Vanissa tidak memberatkan orang tuanya dalam hal pembayaran biaya sekolah karena selama tiga tahun selalu mendapat beasiswa.“Alhamdulillah, dari kelas satu hingga kelas tiga, saya selalu mendapat juara I atau juara II,” katanya bangga.
Melihat prestasi cemerlang dan latar kondisi ekonomi keluarga Vannisa, salah seorang guru Bimbingan Konseling di sekolahnya, Bapak Untung, menyarankannya mendaftarkan diri untuk ikut jalur PBUTM.
“Saya didaftarkan Pak Untung, nggak tahuya keterima,” ujar Vannisa yang mengaku rata-rata penghasilan orang tuanya kurang dari 500 ribu rupiah per bulan.
Sama halnya dengan Muhammad Arif Sujatmiko (18), siswa MAN Wonokromo, Bantul, yang juga diterima di UGM lewat jalur PBUTM. Arif diterima di Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fisipol. Pria asal Ngemplak, Karanganom, Bantul, ini mengaku penghasilan ayahnya sebagai kuli bangunan tidak lebih dari 600 ribu rupiah per bulan. Didukung prestasi akademiknya di sekolah, Arif pun diterima untuk kuliah di UGM dan sekaligus dibebaskan dari biaya kuliah.
“Selama kuliah, saya akan tetap belajar biar selalu berprestasi,” kata anak bungsu dari tiga bersudara ini.
Dalam kesempatan terpisah, Direktur Kemahasiswaan UGM, Drs. Haryanto, M.Si., menjelaskan pembebasan biaya kuliah untuk mahasiswa jalur PBUTM diambil dari dana beasiswa yang diperoleh dari 50 penyandang dana. Jumlah dana berkisar antara 15-17 milyar rupiah per tahun.
“UGM menyediakan beasiswa 15 hingga 17 milyar per tahun yang diberikan kepada 7-8 ribu mahasiswa,” tutur Haryanto. (Humas UGM/Gusti Grehenson)
-o0o-
Sumber
http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=1921
Kamis, 09 April 2009
Senin, 06 April 2009
=DPRD Kota Yogyakarta - Dialog Warga " Raperda tentang Pencabutan Perda Kota Yogyakarta Nomor 11 Tahun 2000
SUSUNAN ACARA :
Waktu : 15.00 - 15.30 :
ACARA : Pendaftaran Peserta
Pelaksana : Panitia
Waktu : 15.30 - 15.45
ACARA : Sambutan Pimpinan DPRD Kota Yogyakarta (sekaligus membuka Acara )
Pelaksana : Pimpinan DPRD Kota Yogyakarta
Waktu : 15.45 - 17.30
ACARA : Pelaksanaan Dialog Warga.
Pelaksana : Pansus DPRD Kota Yogyakarta.
Waktu : 17.30 - 17.45
ACARA : Penutup.
Pelaksana : Panitia.
---o0o---
Waktu : 15.00 - 15.30 :
ACARA : Pendaftaran Peserta
Pelaksana : Panitia
Waktu : 15.30 - 15.45
ACARA : Sambutan Pimpinan DPRD Kota Yogyakarta (sekaligus membuka Acara )
Pelaksana : Pimpinan DPRD Kota Yogyakarta
Waktu : 15.45 - 17.30
ACARA : Pelaksanaan Dialog Warga.
Pelaksana : Pansus DPRD Kota Yogyakarta.
Waktu : 17.30 - 17.45
ACARA : Penutup.
Pelaksana : Panitia.
---o0o---
Jumat, 03 April 2009
=Diskusi Mahasiswa ISI Angkat 2003
Nampak Spanduk Pameran Mahasiswa ISI angkatan 2003 di Gedung "F" Benteng Vrederburg, Yogyakarta.
Mahasiswa ISI angkatan 2003 berbenah peralatan presentasi setelah selesai perhelatan "diskusi" dengan tema "Proses Kreatif Penentu Nilai Estetika" Oleh Bung Agus Bing dan "Kesenian itu Serius" oleh Bung Yuswantoro Adi. ISIotherapy, tanggal 4 April 2009, di Benteng Vrederburg Yogyakarta, dengan nara sumber Bung Yuswantoro Adi dan Agus Bing.
Mahasiswa ISI angkatan 2003 berbenah peralatan presentasi setelah selesai perhelatan "diskusi" dengan tema "Proses Kreatif Penentu Nilai Estetika" Oleh Bung Agus Bing dan "Kesenian itu Serius" oleh Bung Yuswantoro Adi. ISIotherapy, tanggal 4 April 2009, di Benteng Vrederburg Yogyakarta, dengan nara sumber Bung Yuswantoro Adi dan Agus Bing.
=Benteng Vrederburg Yogyakarta - Pameran Seni Visual dan pertunjukan ISIotherapy
Langganan:
Postingan (Atom)