Pameran Tunggal + Peluncuran Buku
Sebotol Laut
12 - 18 Juni 2009
Jam 19.00 WIB
Karta Pustaka Yogyakarta
Jl. Bintaran Tengah No. 16
Yogyakarta 55151
-o0o-
PROLOG
Karya Seni yang belum jadi akan dirasakan janggal, ganjil atau bahkan ‘mengganggu pandangan’, mungkin juga dicaci atau boleh jadi diklaim buruk. Tetapi saya beranggapan itu tetap sebuah karya yang walau bagaimana pun juga adalah karya; kelahirannya membawa nasib serta kisahnya sendiri. Sebab karya seni lahir dari relung-relung yang tak dapat dipungkiri dan dimengerti sekaligus merupakan entitas kerja personal, dengan atau menafikkan ‘perjalanan’ dan ‘pengembaraan’ batin.
Karya saya merupakan manifestasi dari pergolakan itu, dimana totalitas diri bekerja dan ada untuk karya itu sendiri tanpa berharap akan menjadi sesuatu, melainkan sesuatu itu lahir dengan sendirinya dan sangat alami, polos bahkan mungkin wagu. Kita tak dapat memungkiri kejanggalan-kejanggalan tertentu pada moment tertentu yang datang pada waktu-waktu kita, tetapi justru personal akan terkesan pada sesuatu itu yang mungkin tak dapat ditarik kembali pada kondisi selanjutnya. Dan saya akan menyayangkan moment yang terabaikan tanpa mengabadikannya. Tao dalam petikan Paulo Coelho menulis: Hiduplah dari moment ke moment sebagai sesuatu yang indah dan suci.
Moment itu terangkum dalam sebuah kerja yang saya namai: ‘Sebotol Laut’. Dimana keseluruhan karya Prosa dan Drawing menjadi satu mewakili dirinya yang telah menyelami perjalanannya hingga pada akhirnya mereka leluasa bertutur tanpa menutup-nutupi dirinya dan apa adanya.
Laut bagi saya sesuatu yang tak terjamah sekaligus terlampaui dan sebuah Kapal hanya kuasa menyisirnya bahkan menyelaminya sampai dasar. Sebuah perjalanan mengasyikan sekaligus mendebarkan; suka dan tiada jadi satu. Dan laut dengan kapal sebagai yang tak bisa dipisahkan dan kisah membuntutinya sebagai penanda. Sama halnya Fa-hien ketika menemukan Ye-p’o-t’i; sebuah turbulent yang tak dapat dimengerti.
Kerja ini tak terpisah dari budaya lokal dimana ranah Melayu (dalam hal ini Riau dan Kepulauan Riau + Perairan Kalimantan) sebagai seting terjadinya proses ‘perjalanan’ itu. Dan ini sangat membantu dinamika penjiwaan untuk mempermudah proses ‘peleburan’; tanah rantau tidak akan dipandang sebagai asing oleh yang menjalani kerja sebab semuanya jadi tanpa batas saling menegur serta masuki dan menjadi bagian dirinya. Sebuah pergumulan yang artistik!
Pengikatnya adalah sebuah buku yang berisi Prosa dan Drawing yang terselenggara dalam sebuah event dimana setiap karya akan bertutur tentang penemuannya.
Salam,
Enjun JA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar